Franklin Delano Roosevelt sebuah ikon Amerika Serikat

  Okada Nana      
Kalau ditanya apa yang kalian pikirkan saat mendengar kata “Presiden Amerika”? Kurasa tidak akan jauh-jauh dari kesan yang jelek. Apalagi bagi yang berasal dari Indonesia. Apalagi kalau melihat Presiden yang sekarang, Uncle Donald bukan tipikal yang akan dikagumi banyak orang.


Well, itu memang karena kepentingan politik yang jelas berbeda dengan negara kita. Tapi, sejarah ada untuk dipelajari, dan bagi siapapun yang mempelajari sejarah, banyak Presiden Amerika yang bisa dibilang sebagai pemimpin yang bagus.

Ada monumen di Mount Rushmore yang mana dipahat 4 wajah dari 4 Presiden yang dianggap paling berjasa dalam sejarah US; George Washington, Thomas Jefferson, Abe Lincoln, Teddy Roosevelt. Kenapa mereka bisa dijadikan monumen mungkin akan kubahas lain kali. Terlalu panjang ceritanya.

Nah, kali ini bukan keempat orang itu yang ingin kubahas, melainkan satu Presiden lain yang dianggap sebagai salah satu yang paling berhasil; Franklin Delano Roosevelt. FDR. Apa dan kenapa dia menjadi sosok yang menarik adalah satu, FDR adalah satu-satunya orang yang terpilih sebagai Presiden sebanyak 4 kali.

Oke, itu rekor yang masih kalah jauh dibanding dengan banyak diktator mengaku Presiden lain di dunia. Tapi kita membicarakan US, negara yang membanggakan aspek “demokratis” mereka. Bagaimana FDR bisa terpilih 4 kali, akan kubahas dari awal.

Lahir di 1882, FDR masih berhubungan kerabat dengan Teddy Roosevelt. Sebelum menjadi Presiden, FDR menjabat sebagai Gubernur New York. Dalam pemilu 1932, FDR menang melawan incumbent Herbert Hoover yang lebih dikenang karena Great Depression 1929.

Kebijakan New Deal FDR yang menjanjikan lapangan pekerjaan bagi sekitar 13 juta pengangguran akibat Great Depression, FDIC yang menguntungkan depositor dan SEC yang bertugas mengendalikan pasar saham, dan penanganan infrastruktur membuat ekonomi US kembali membaik di 1935.



Di pemilu 1936 -masa jabatan Presiden US hanya 4 tahun- FDR menang telak, dan di periode kedua Second New Deal menjadikan Social Security Act sebagai program utama, menjadikan pensiunan menjadi hak warga negara dan kebijakan pajak yang terkenal sebagai “soak-the-rich tax”

Periode kedua FDR terbukti ampuh menarik suara, tapi dalam dua tahun terutama di 1937 gejolak ekonomi sedikit mencederai reputasi FDR. Di akhir 1938 simpati untuk New Deal mulai menurun dan tantangan terbesar bagi FDR datang; PD II yang akan meletus di 1939.

Secara teknis FDR tetap menjaga US di pihak netral dan menjual senjata pada Sekutu dalam batasan bisnis semata, terutama pada Inggris dan Prancis. Saat Prancis takluk di 1940, FDR terus mendukung George VI dan Inggris yang kini berjuang sendirian melawan Jerman.

Waktunya bertepatan dengan pemilu 1940, juga karena saat itu tidak ada hukum yang melarang seorang Presiden untuk tidak maju lagi setelah menjabat dua periode, FDR maju sebagai kandidat untuk ketiga kalinya, menang dengan selisih 5 juta suara dari Wendell Wilkie.



Hubungan antara US dan Inggris tetap dekat, dan pertemuan dengan Winston Churchill yang menghasilkan Atlantic Charter menghasilkan Four Freedoms, yaitu dunia setelah perang berakhir; Kebebasan berbicara dan berekspresi, kebebasan beragama, kebebasan dari kebutuhan, dan kebebasan dari rasa takut.

Setelah peristiwa Pearl Harbor, FDR mendeklarasikan perang terhadap Jepang. Tak lama Jerman dan Italia juga mendeklarasikan sebaliknya, US resmi ikut dalam PD II. Menjadi pelopor dalam Sekutu, terutama membangun aliansi dengan Soviet.

Setelah 4 tahun, arah anginnya menjadi milik Sekutu, dan FDR kembali terpilih sebagai Presiden untuk keempat kalinya. Hal yang wajar karena dalam situasi perang, pemimpin yang sudah teruji jelas lebih baik daripada yang masih hijau.

FDR, Churchill, dan Stalin juga mendirikan dasar-dasar organisasi yang nantinya akan menjadi PBB. Setelah Konferensi Yalta, FDR sangat lemah akibat situasi kondisi dan penyakit polio yang dideritanya sejak lama. 12 April 1945, hanya 4 bulan sebelum PD II berakhir, FDR meninggal dunia.



Meski tidak hidup lebih lama untuk menyelesaikan periode keempatnya atau untuk melihat PD II berakhir dengan kemenangan Sekutu, legacy yang ditinggalkan FDR yaitu memimpin US melewati masa sulit Great Depression dan PD II membuatnya dikenang sebagai salah satu Presiden terbaik dalam sejarah US.

Salah satu kekuatan FDR adalah optimisme, dan kemampuan untuk berbicara dari hati ke hati dengan “man of the street”. Meski begitu, tetap saja ada sisi gelap dari FDR. PD II membawa sentimen rasisme pada orang keturunan atau asli Jepang di US saat itu, dan kebijakan politik tidak membuatnya lebih baik.

Penahanan pada warga berdarah Jepang gencar saat itu -dan satu kisah yang terkenal adalah nenek dari Mike Shinoda pun terkena dampak hal ini- dan juga belum berhasilnya menghapus diskriminasi rasial pada kaum kulit hitam, juga tidak adanya intervensi langsung untuk Holocaust menjadi beberapa kisah suram FDR.

Bagaimanapun itu tidak membuat nama FDR jelek. 12 tahun kepemimpinannya berperan besar membentuk US dewasa ini. Juga menjadi tolak ukur untuk warga US memilih sosok yang punya kemampuan untuk memimpin.

Nogizaka This Year 2018



Berkebalikan dengan kisah FDR, untuk beberapa waktu belakangan ini, aku merasa era kepemimpinan dua -tiga, terserahlah- captain Sakamichi sama sekali tidak menunjukkan perkembangan. Sebelumnya aku bilang Yuuka termasuk member yang cukup bagus tahun kemarin, and sure she does. As individuals.

Yep, sebagai member, penampilannya banyak tahun 2018 kemarin dan dia memastikan tetap berada di radar publik, belum menghitung aktivitas berkudanya. Well, tapi sebagai captain, dia masih belum bisa dibilang captain yang bisa memimpin grup dengan baik.

Okelah, ada Aka, tapi karena Kanji satu-satunya yang menerapkan kombinasi dengan vice captain, ekspektasinya jelas kurang bisa dipenuhi. Aku tidak bilang kombinasi mereka jelek, tapi selama dua tahun terakhir, stagnan. Jalan di tempat. Kinda like FDR’s first term so to say.

Jelas masih banyak yang belum terpenuhi. Beralih ke Hiragana, Gummy sebaliknya, dengan banyaknya proyek baru untuk Hiragana tahun ini, dia masih bisa menyeimbangkan sisi wacky dan serius. Masih berat ke konyolnya sih, tapi ini bagus. Sesuai dengan image Hiragana.


Dia juga masih mendapat kesempatan untuk tampil di runway, meski kalau kubilang sih itu bagian dari privelege sebagai captain. Untukku, sekarang Gummy mencerminkan Reika beberapa tahun lalu. Dan bicara soal Reika, well, ini bagian yang paling susah.

Untukku, Reika mungkin menjalani tahun paling “tidak untuk dikenang” sebagai captain Nogi. Selain beberapa stage play, coba sebutkan berapa kali Reika menjadi representatif Nogi di acara TV, atau mendapat peran sebagai juru bicara Nogi?

Semakin sedikit dari tahun ke tahun. Peran itu kebanyakan diambil Double Suns, Ashurin, atau member lain. Bahkan di Nogichuu perannya juga tidak kentara, padahal sebagai pilot project, ini bisa dibilang mengecewakan. Well, kalau aku sendiri pernah memprediksi Reika akan grad di 2017, sekarang pun dia masih ada di urutan atas untuk itu.

Melihat perannya yang semakin berkurang, kupikir akan susah baginya kalau terus seperti ini. Bukan berarti aku mau dia cepat grad saja, tapi melihat kalau ini juga ambigu untuk Nogi. Well, kalau ada yang bilang mungkin di backstage dia tetap captain yang baik, itu sih cerita lama.

Tidak ada yang meragukan kapabilitasnya, hanya saja aku merasa dia terikat akan perannya sebagai captain dan susah baginya untuk grad. Untuk mudahnya, dia mungkin memaksakan diri sampai batas terakhir. Batas yang bisa pecah sewaktu-waktu.

Kalau aku, itu semua keputusannya. Sebagai fans hanya bisa berharap yang terbaik. Persiapkan saja diri kalian sewaktu-waktu.

Sebenarnya, artikel kali ini memang ditujukan untuk menyambut tahun politik 2019. Bagi yang sudah cukup umur untuk ikut pemilu, atau malah sudah pernah, pilihan kalian menentukan. Aku tidak akan bilang ada di pihak mana, itu terserah pendapat pembaca saja.

Tapi karena menulis artikel penuh tentang politik atau sejarah tidak akan menarik, terutama bagi yang belum bisa berkesempatan ikut pemilu, maka tetap ada isi ngidolnya. Oh, dan aku tidak akan menganggap diriku ahli politik, aku lebih ke sejarah.

Well, mungkin satu pertanyaan saja, setuju tidak artikel tentang politik diperbanyak tahun ini?

All images and videos used is credited to it’s respective owners
logoblog

Thanks for reading Franklin Delano Roosevelt sebuah ikon Amerika Serikat

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment